Mengenai Saya

Foto saya
Annyeonghaseo! I'm a girl with name is Nanda Yuliana. One of student in Senior High School 17 Palembang. AFS is my next target!

Kamis, 22 Desember 2011

[FF] Don't Leave Me Alone Part 2

Main cast: Onew (SHINee), Lee Minda (Imaginary character)
Other cast: Sunny, Krystal, Jonghyun, Sica, dll



------------------------------------------------------------------------------------------------------
''Oppa! Oppa! Sini deh coba :)'' Dia memanggil sambil tetap memegang boneka Spongebob pemberianku. ''Waeyo jagiyaa?'' ''Aku kepingin es krim! Beliin yah yah'' mata aegyo nya dan tingkah manja nya itu sangat lucu ''Nanti yah, sebentar lagi kan makan malem, entar kalo udah makan oppa beliin deh'' senyum pun ku kembangkan supaya dia menurut. ''Oppa jahat!!! Aku benci oppa!!''
-------------------------------------------------------------------------------------------------------


-Onew Pov-

''Minda sayang ada yang mau oppa bicarain sama kamu, tapi....''
 berat mau ngomong ini sama Minda, aku takut semuanya berubah, aku takut aku nyakitin dia lagi, selama kami kenal akulah yang paling sering buat dia nangis dan aku takut itu terjadi lagi.

''Oppa mau ngomong apa sih? Keliatan nya serius banget?''
ya tuhan apa aku sanggup ngomong ini, aku ga mungkin tega ngeliat Minda nangis dihadapanku.

''Ini pesanan kalian berdua. Eh Onew kenapa kamu keliatan beda yah? Kok kamu kayak lagi serius banget? Duh, mian ya kalo udh ganggu''

''Ah, ani noona, noona ga pernah ganggu kok'' senyum ku paksakan, akhirnya Sica noona pergi dari meja kami dan aku harus ngomong hal tersebut.

''Jagiya, sebelumnya jeongmal mianhae, mian kalo selama ini oppa udah sering buat kamu cemas, mian kalo selama ini oppa sering buat kamu nangis, tapi percayalah kalo oppa sebenernya cinta banget sama kamu.'' 

air mata yang tak tertahankan ini pun mengalir dari mataku, aku terus merunduk, aku ga berani ngeliat mata dongsaeng yang paling ku sayangi ini.

''Op..Oppaa.. Kenapa oppa ngomong kayak gitu? Itu semua bukan kesalahan oppa, itu semua karna aku, oppa jangan ngomong kayak gitu.''

kurasakan tangan kirinya menggenggam tangan kanan ku dan tangan kanannya  mengangkat kepalaku sehingga mata kami saling bertatapan. Dia.. Dia dongsaengku, dia menangis lagi karna aku. Ya tuhan mengapa ini harus terjadi lagi, kenapa harus aku yang membuatnya menangis?!

“Jagiyaa, ku mohon jangan menangis, jebal! Oppa jadi nambah merasa bersalah.” Ya tuhan aku sudah tidak sanggup lagi menghadapi situasi ini.

“Jagiya, oppa mohon selama 3bulan ini tolong jangan hubungi oppa, kamu kan tau kalo test universitas sebentar lagi, oppa mau konsen dengan hal tersebut.”

Air mata semakin deras mengalir dari mata ini, ku lihat dia terdiam, tak ada reaksi darinya, ku 
mohon marahlah padaku jagiya supaya aku mudah melepaskan mu.

“Aku paham oppa, kalau ini yang terbaik buat oppa aku akan melakukan itu, aku akan melakukan apapun untuk oppa, aku.. aku.. sayang oppa” senyum tersungging dari bibir nya walaupun aku tau itu senyum dipaksakan.

Aku bangkit dari kursiku, menghampiri kursinya dan mencium keningnya 
“Jeongmal Saranghae Jagiyaa, selamanya” 
itulah kalimat terakhir yang aku bisikan di telinganya. Aku berlari menuju pintu keluar tempat itu. 

Kulihat Minda duduk terpaku, diam, tetapi air mata terus mengalir dari mata indahnya itu. Mianhae Minda, ku mohon bencilah oppa mu ini, dan jangan menangis lagi. Itulah permintaan ku pada Tuhan.


- Minda Pov-

“Jeongmal Saranghae Jagiyaa, selamanya” itu kalimat terakhir oppa yang ia bisikan sebelum ia pergi meninggalkanku. Kenapa oppa? Kenapa? Cuman itu yang terlintas dipikiranku, aku tau dia melakukan hal yang terbaik, keputusan oppa biasanya selalu kuterima, tapi yang kali ini aku tidak tau.

Oppa walaupun kita masih dalam hitungan bulan, tapi aku merasa sudah sangat lama mengenal dan menyayangimu, aku tahu oppa juga begitu tapi.. tapi juga tidak. Air mata ini terus mengalir dan semakin deras. Aku butuh seseorang sekarang!


- Jessica Pov-

Apa yang terjadi pada kedua orang yang telah ku anggap sebagai dongsaeng ku ini. Aku memutuskan untuk meminta izin pulang kepada bosku dan menghampiri Minda.

“Ayo eonnie antar kamu pulang, di rumah kamu bisa menangis sepuasnya dan kamu bisa 
bercerita sama eonnie apa yang terjadi kalau kamu mau.”

Kulihat dia hanya diam dan menuruti perkataanku, ya tuhan ada apa dengan dongsaeng ku ini? Dia seperti orang yang pikirannya kosong tapi, air matanya terus mengalir, dia seperti tidak sadar dengan semua situasi. 

Kami masuk ke sebuah taksi dan melaju ke rumah Minda. Ia tinggal sendirian di sana, biasanya aku menginap di sana kalau ia meminta. Kedua orangtuanya sudah berpisah, sekarang Ayahnya tinggal di London dan Ibunya sedang mengurus bisnisnya di LA, sedangkan ia sendiri anak tunggal. Sungguh kasian nasibnya, tapi ia sendiri sesosok anak perempuan yang ceria dan pintar, hal itu terbukti dengan banyaknya piala yang telah ia dapat dan itu berjejer rapi di rumah mewahnya ini.

Jarak tempat bekerjaku dan rumahnya cukup jauh, menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Selama dalam perjalanan ia terus saja menangis dalam diam, sedangkan aku lebih memilih tidak berkata apa-apa.

Sesampai di rumah, aku langsung mengajak Minda ke kamarnya. Di sana ia menangis sejadi-jadinya di pundak ku, aku merasa dia sangat terpukul atas kejadian tadi.
Dengan sangat hati-hati aku memutuskan bertanya apa yang telah terjadi. 

“sebenarnya apa yang telah dikatakan Onew padamu sehingga kamu menjadi seperti ini saengi?”

“sebenarnya...” dia menceritakan semua yang terjadi, dan aku rasa dalam hal ini Onew patut disalahkan, walau aku tau mereka berdua bukan sepasang kekasih atau apalah namanya, tapi hubungan mereka melebihi kakak-adik maupun kekasih. 

Mereka sangat dekat, entah apa yang membuat hal itu terjadi. Aku rasa aku harus membantu Minda menjalani kehidupannya untuk beberapa bulan ke depan.

========================================================
“Jagiyaaa, ini oppa bawain es krim buat kamu”

“Aaaah Gomawo oppa! Saranghae Oppa! J

“Cheonma jagiya, kamu udah ga marah lagi kan sama oppa?”

Entah mengapa ketika oppa mengatakan itu air mata ku mengalir deras, aku bingung apa kah aku marah atau tidak. Sudah sangat sering oppa menyakiti ku, aku sakit oppa! Kenapa oppa ga pernah mengerti sih?!

“Jagiyaa, kenapa kamu nangis? Mianhae jagiya, jeongmal mianhae. Oppa sayang banget sama Minda”

Oppa pergi begitu saja setelah mengatakan itu, dia menghilang dan sekarang aku di sini hanya dengan boneka Sponge pemberiaan Oppa.

========================================================

- Minda Pov-

Hari ini kepalaku terasa sangat berat, dan mataku sudah bengkak, mungkin ini karena semalaman aku tidak tidur dan lebih memilih untuk menangis memikirkan apa yang telah dikatakan oppa kemarin.

Mimpi itu, apa maksud mimpi itu, apa karena aku sangat memikirkan oppa? Atau memang ada pertanda lain?

“Mindaaa, banguuun! Kamu tidak sekolah hari ini? Ini eonnie sudah menyiapkan sarapan kesukaan kamu” teriakan Sica eonnie membuyarkan lamunanku.
Hah, dia memang eonnie yang sangat baik, walaupun aku tidak ada hubungan darah sama dia tapi dia begitu perhatian kepadaku, sama seperti oppa. Aaah! Dia lagi, kenapa oppa selalu terlintas dipikiranku?

“Mindaaa sayaaang?” eonnie membuka pintu kamarku, ia langsung menghampiri ku yang masih terduduk di tempat tidur, dia mengembangkan senyum padaku, dan aku membalasnya dengan susah payah. Susah rasanya untuk tersenyum lagi setelah kejadian kemarin.

Sica eonnie menyentuh dahi ku dan ia nampak terkejut. 
“Ya tuhan! Badanmu panas sayang, sebaiknya kamu tidak usah sekolah dulu hari ini, eonnie akan menelpon wali kelas mu Jonghyun. Sekarang kamu makan dulu sarapan ini yah”

 eonnie membawa semangkuk bubur ayam ke kamar ku, itu salah satu sarapan kesukaanku setidaknya sampai kemarin, karna hari ini aku sangat tidak nafsu untuk melakukan apapun termasuk makan.


-Onew Pov-

Aku terdiam setelah mendapat telpon dari Sica noona. Minda? Dongsaeng ku sakit? Dan itu semua karna aku. Ku mohon bertahan jagiyaa, ini tidak akan menjadi seburuk yang kamu bayangkan. Ku mohon jangan menyiksa dirimu seperti ini.

Aku harus berangkat ke LA 5jam lagi, masih ada waktu untuk membuatkan makanan untuk Minda yang nanti akan aku titipkan ke Sica noona. Ku harap kau mau makan makanan dariku jagiya, walaupun kau tidak tau kalau aku membuatkan ini khusus untukmu. Dan selamat tinggal jagiyaa! Jeongmal saranghae! Saranghaeyo Lee Minda!


-Sunny Pov-

Kenapa sampai jam segini Minda belum juga datang yah? Biasanya dia paling cepat datang daripada aku. Apa Minda hari ini ga masuk? Tapi kenapa?

Braaaak, “aduuh, mianhae seongsaemin. Sini biar saya bereskan” haduuh gara-gara mikirin Minda, pagi-pagi gini udah nabrak Jjong Seongsaemin aja   -___-“

“aah, cheonma Sunny. Oh iya, hari ini Minda tidak masuk tadi eonnie nya bilang kalau Minda sakit, tolong sampaikan hal ini sama Teukie seongsaemin, jam pertama dia berada di kelas kalian kan?

“Oh, ne.. ne.. seongsaemin, nanti saya sampaikan”

Minda sakit? Sakit apa? Bukannya kemarin dia baik-baik aja sampai saat ia pulang bersama Onew oppa, apa ada sesuatu yah? Pokoknya nanti sepulang sekolah aku akan menjenguknya. Eh tunggu dulu, tadi kata Jjong seongsaemin eonnienya menelpon? Apa itu Sica eonnie? Ah iya, pasti itu Sica eonnie.


-Author Pov-

Kelas terasa sangat sepi tanpa kehadiran Minda. Teukie seongsaemin juga terlihat kurang bersemangat mengajar karena murid nya yang bandel namun ceria dan juga pintar itu tidak 
hadir, setidaknya itu yang dirasakan oleh Sunny.

Sedangkan, sekarang Onew telah berangkat ke LA setelah mampir ke rumah  Minda untuk menyerahkan makanan yang ia buat ke Sica noona.

Sica menyuapi Minda makanan yang telah diberikan Onew tadi, Minda memang memakannya tapi di dalam hati ia tahu, ia tahu persis kalau makanan itu buatan Onew, karena hanya Onew lah yang mengetahui kalau Minda sangat menyukai makanan ini dan biasanya Onew lah yang memasaknya untuk Minda sehingga hal tersebut membuat Minda menangis lagi. Sica tidak bisa berbuat apa-apa, yang dipikirkannya adalah setidaknya Minda sudah makan sehingga sakitnya tidak akan bertambah parah.

Sepulang sekolah Sunny menyempatkan waktu untuk mengjenguk Minda. Ia terlihat sangat perihatin dengan kondisi Minda sekarang. Yah, Minda memang seperti mayat hidup, ia melakukan apa yang biasa ia lakukan, namun tatapannya kosong, terus mengeluarkan air mata, dan tidak bicara satu kata pun. Sica tidak menceritakan apa yang telah terjadi pada Sunny, karna Minda bilang jangan ceritakan, ia takut akan membebani pikiran Sunny dan memperpanjang masalah. Sunny menerima dengan baik keputusan Minda dan Sica untuk tidak menceritakan dengan lapang dada, ia tahu kalau itu pasti yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar